Pernahkah kamu bertanya-tanya, "Apakah jika aku mati akan ada orang yang mengingatku?" atau terlintas di benak, "Adakah yang akan berkunjung ke kuburanku dan mendo'akanku saat aku sudah dilahap oleh tanah?", dan pertanyaan sejenisnya. Kekhawatiran setelah mati, walaupun mungkin kita menyadari bahwa ketika sudah mati kita tidak bisa melakukan apapun, merasakan apapun, kosong, tiada. Namun, banyak orang (tetap) mencoba melakukan sesuatu agar dikenang dan diingat ketika ia sudah mati.
Seseorang mungkin akan menulis sebuah biografi tentang dirinya dan pencapaiannya dalam hidup, mewariskan benda kesayangannya dengan harapan sang pewaris akan mengingatnya ketika melihat benda tersebut, mendonasikan/menghibahkan tanah atau bangunan atas namanya, dan masih banyak lagi. Dari kaca para ilmuan sains, hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan, "Kenapa?", "Apa alasannya?"
Mengapa ada orang yang bersusah payah menghamburkan uangnya untuk sebuah kegiatan charity atas nama dirinya padahal ia tidak bisa merasakan manfaat yang didapat karena ia sudah mati? Bukanlah akan lebih masuk akal untuk menyumbangkan hartannya selagi ia masih hidup dan merasakan manfaatnya secara langsung?
Terdapat satu artikel ilmiah yang diterbitkan oleh Brett Waggoner pada tahun 2022 yang membahas mengenai hal ini. Artikel tersebut ia beri judul "The desire to be remembered: A review and analysis of legacy motivations and behaviors" (Keinginan untuk dikenang : Sebuah tinjauan dan analisis motivasi warisan dan perilakunya), mengungkapkan 5 alasan mengapa seseorang ingin dikenang setelah kematiannya.
1. The Need To Be Loved (Kebutuhan untuk dicintai)
Manusia adalah salah satu makhluk yang memiliki keinginan dan dorongan bawaan untuk membangun dan memelihara hubungan sosial dengan sesamanya. Banyak orang menghabiskan waktunya untuk memastikan bahwa orang-orang akan menyukainya, membangun reputasinya dan sebisa mungkin menghindari konflik dengan orang lain. Karena alasan ini, -selain bahwa ajaran agama memiliki nilai sendiri terhadap warisan dan kehidupan setelah kematian- warisan menjadi salah satu bentuk tindakan untuk membangun reputasi post-mortem seseorang. Waggoner menyebut bahwa warisan mungkin merupakan perpanjangan dari kecenderungan alami manusia untuk dicintai, untuk mencari, membangun, dan menikmati hubungan sosialnya dengan orang lain.
2. Making Life Better For Children And Grandchildren (Membuat kehidupan anak dan cucunya lebih baik)
Percaya tidak percaya, reputasi sosial dari seorang anggota keluarga yang meninggal akan berefek pada reputasi sosial anggota keluarga lain yang masih hidup, termasuk pengaruhnya terhadap pekerjaan, menemukan pasangan hidup, dan lain-lain. Misal, seseorang mungkin akan kesulitan dalam melamar pekerjaan jika diketahui bahwa orangtua -walaupun sudah meninggal- merupakan seorang koruptor atau penipu kelas kakap. Sebaliknya jika anggota keluarga yang meninggal merupakan seorang yang dikenal baik, tentu nasib keluarga yang ditinggal akan berubah lebih baik. Contoh lain di Indonesia, seseorang akan mempertimbangkan menikah dengan seseorang yang memiliki keluarga yang lengkap dan riwayat keluarga yang baik.
3. Fighting Death Anxiety (Melawan kecemasan akan kematian)
Pada kebanyakan orang, kematian adalah hal cukup menakutkan. Berpikir berlebih mengenai kematian akan memiliki efek buruk yang bisa mempengaruhi mood dan kepuasan hidup, oleh karena alasan itu, banyak orang yang membangun strategi untuk menghilangkan kecemasan akan kematian ini. Banyak ajaran agama yang mengajarkan mengenai immortal soul, adanya jiwa yang kekal dan kehidupan setelah kematian. Ajaran ini, pada banyak orang berhasil untuk mengatasi kecemasannya akan kematian. Meninggalkan warisan juga merupakan salah satu cara untuk mengatasi kecemasan ini. Para ilmuan menyebut warisan sebagai "symbolic immortality", simbol kekelan. Ketika seseorang meninggalkan sesuatu yang bernilai, hal tersebut akan meninggalkan memory tersendiri bagi orang yang masih hidup dan mampu memberikan feeling bahwa kehidupan dan kehadiran dirinya didunia ini penting.
4. Telling a Story (Mencerikan Sebuah Cerita)
Alasan lain seseorang ingin agar diingat setelah kematian adalah karena ia berharap agar cerita personal akan kehidupannya bisa sampai pada generasi penerusnya. Narrative Identity Theory juga menjelaskan mengenai topik ini, cerita adalah sebuah jalan untuk menjelaskan kehidupan sosial manusia dan menyampaikan fakta-fakta mengenai kondisi manusia. Selain itu, manusia sering melihat dirinya sebagai seorang pahlawan dan tokoh utama dalam hidupnya, seperti bagaimana tokoh utama berperan dalam sebuah film. Cerita kehidupan akan terus berkembang dan membantu bagaimana seseorang menghadapi segala situasi dan cobaan dalam hidup. Seseorang berharap cerita kehidupan ini tidak hanya bermanfaat bagi dirinya namun juga bagi anak-anaknya dan orang lain.
Dalam psikoanalisis, terdapat sebuah konsep yang disebut "generativity", yakni keinginan seseorang untuk menuntun generasi-generasi penerusnya. Para ilmuan menemukan bahwa generativity mungkin adalah alasan utama kenapa seseorang ingin dikenang setelah kematian. Karena alasan ini, beberapa orang menulis biografi tentang dirinya dengan harapan bisa memberikan pelajaran dan nasehat hidup untuk generasi selanjutnya.
5. Making It Easier To Imagine The Future (Memudahkan Seseorang Untuk Membayangkan Masa Depan)
Pada umumnya sangat sulit bagi seseorang untuk membayangkan bagaimana kehidupan masa depannya ketika ia sudah tidak ada. Kematian berarti tidak adanya kesadaran secara permanen, dan tidak ada seseorang yang secara sadar pernah merasakan ketiadaan kesadaran, karena hal tersebut tidak mungkin! Seseorang hanya bisa membayangkan apa yang akan dipikirkan oleh orang lain yang masih hidup terhadap diri mereka. Dengan meninggalkan sebuah warisan sebagai sebuah setting cerita, seseorang bisa dengan mudah membayangkan bagaimana kehidupannya setelah dirinya tiada.
Baca Juga : 4 Penemuan Terbaru Tentang Manfaat Berpelukan
Sumber:
Ocklenburg, Sebastian. 2022. 5 Reasons Why People Wish to Be Remembered After Death. Psychology Today.
Waggoner, Brett., Bering, M Jesse., Halnerstadt, Jamin. 2022. The desire to be remembered: A review and analysis of legacy motivations and behaviors. New Ideas in Psychology. ScienceDirect.
0 Comments
Say something about this post?