Bagi sebagian orang, KPOP mungkin hanya dipandang sebagai hobi disela waktu luang. Sebagian lagi, mendengar maupun menonton Music Video (MV)/dance practice untuk menghilangkan stress sementara. Sebagian kecil, sang fans berat yang menghabiskan sebagian besar waktunya demi update terbaru "oppa"-nya, baik MV, dance practice, variety show, TV show, selca, berita--dari seluruh platform. Jika tidak ada update sama sekali, mereka akan merasa kesepian, seolah KPOP adalah sumber utama kebahagiaan mereka, yang mungkin IYA, that kind of peoples exist! It's me~ Hi~ I'm the problem its me~
NAMUN, dibalik segala alasan seseorang memutuskan untuk terjun menkonsumsi KPOP atau Korean Wave, yang kebanyakan hanya terfokus kepada efek kebagiaan, kesehatan mental, atau psychology well being seperti hobi-hobi lain, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sosiologist Nur Ayudi M.J. dan Nur Hafeeza A.P. pada tahun 2022 mengungkap manfaat KPOP yang lain, yakni membantu seseorang menemukan bakatnya.
Penelitian ini dilakukan di Malaysia pada bulan Februari sampai Maret 2020. Guna menemukan subjek penelitian, peneliti menggunakan metode Purposive Sampling, yakni sampel berdasarkan keriteria yang telah ditetapkan yakni: (1) wanita berusia antara 20-24 tahun, (2) seorang fans KPOP. Fans KPOP disini diartikan sebagai seseorang yang berkomitmen pada hubungan sepihak dengan idol KPOP dan memiliki ketertarikan yang intim kepada mereka, selain itu mereka juga terlibat dalam aktifitas penggemar atau fandom--komunitas menikmat dan peminat sebuah group atau idol. Snowball Sampling juga digunakan karena beberapa subjek merupakan rekomendasikan dari subjek yang telah berpartisipasi.
Peneliti berhasil mendapatkan 8 orang untuk berpartisipasi dalam penelitian. Pengumpulan data melalui 3 sesi wawancara (kualitatif) pun dilakukan!
Sabrina, salah satu subjek yang partisipasi mengaku menemukan bakat designnya ketika menjadi KPOP fans, ia secara aktif membuat fan kits seperti banner, stiker, poster, photo cards dan menjualnya secara online dan offline pada event-event tertentu. Peneliti juga menemukan bahwa 5 subjek penelitian lain juga mampu mendemonstrasikan kemampuan mereka untuk membuat karya seni yang berhubungan dengan KPOP dan konten media.
Athirah, ia mampu menunjukkan kemampuan editing videonya dan tengah membuat video compilasi dari P.O Block B yang muncul di variety show. Sonia, ia adalah salah seorang anggota admin yang mengorganisasikan acara-acara penting yang diadakan oleh fans. Ia berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dan berhasil membantunya menumbuhkan rasa percaya diri untuk berbicara dan berkomunikasi ke publik. Subjek lain, yakni Gina, ia bekerja sebagai penulis/jurnalist yang kadang-kadang membuat VR photo cards idol yang kemudian didistribusikan ketika ada event konser. Seorang subjek penelitian lainnya adalah seorang influencer media social yang mempublikasikan foto dan video untuk mempromosikan konten dari para idolnya.
BAKAT DALAM BAHASA
Beberapa fans KPOP mempelajari bahasa Korea dan mereka yang memiliki kemampuan lebih akan menggunakannya untuk membuat akun translation di media sosial guna membantu sesama fans di komunitasnya(fandom) untuk memahami konten dan mempromosikan idolnya. Ketika peneliti bertanya pada para subjek apakah mereka paham dengan bahasa korea, peneliti menemukan bahwa semua subjek -paling tidak- paham beberapa kata-kata bahasa Korea, kebanyakan dari mereka juga bisa membaca tulisan bahasa korea (Hangul) didapat dari hasil belajar secara otodidak, sedangkan 2 subjek lainnya mengambil kelas khusus untuk belajar.
BAKAT DALAM PRODUCING/CREATING
Ketika sesi interview, para peneliti mulai dapat mengidentifikasi beberapa jenis fans yang populer. Ada fanart maker yang menjual banner buatannya sendiri, photocards, dan menggambar di luar studium sebelum konser dimulai. Beberapa fans memberikan freebis gratis ke sesama dan ada pula kumpulan fans yang terdiri atas para dancer -tengah merekam dan menampilkan dance cover di luar stadium sebelum konser.
"KPOP fans tidak hanya sebagai konsumen, tapi juga produser dan creator dalam media kreatif, dibuktikan oleh 6 dari 8 partisipan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil interview, menjadi fans membantu mereka menemukan bakat baru. Mereka tidak tahu potensi mereka sebelum mereka menjadi KPOP fans. Beberapa partisipan juga mengatakan, bahkan jika mereka tidak cukup berbakat, mereka menikmati waktu yang dihabiskan untuk membuat sesuatu untuk sesama fans dalam fandom." Pernyataan ini didukung oleh penemuan Hallekson (2009) dan Turk (2014) bahwa ketika seorang fans membuat karya dan dapat diterima dalam komunitas mereka, seperti dibaca, dilihat, dipuji, dan dinilai, hal tersebut memunculkan rasa puas pada diri mereka.
Penemuan ini membuat peneliti percaya bahwa menjadi KPOP fans adalah jalan bagi seseorang untuk mengekspresikan dirinya dan menemukan bakatnya. Fans menunjukkan jati dirinya lewat investasi budaya, bersosialisasi atau berbagi, dan modal sosial (Rahim, 2019). Senada dengan penelitian ini, Jenkins (1992) tentang budaya partisipatif, bahwa fans KPOP aktif berkreasi dan menghasilkan konten dari media, baik karya fanfiction, fan art, dance cover, song cover, fan-made video, dan fan event dalam fandom, selain untuk menemukan, mengembangkan, dan mengekspresikan bakatnya, mereka juga secara tidak langsung mendapatkan posisi atau peran dalam masing-masing fandom yang diikuti dan mampu membangun identitas dirinya.
Sumber : Nur Ayuni Mohd Jenol & Nur Hafeeza Ahmad Pazil (2022) “I found my talent after I become a K-pop fan”: K-pop participatory culture unleashing talents among Malaysian youth, Cogent Social Sciences, 8:1, 2062914, DOI: 10.1080/23311886.2022.2062914
0 Comments
Say something about this post?