Pengertian
Dalam teori psikoanalisis, egosyntonic merujuk kepada perilaku, nilai-nilai, dan perasaan yang selaras atau dapat diterima oleh needs (kebutuhan) dan tujuan dari ego, konsisten dengan gambaran diri yang ideal. Sedangkan egodystonic atau yang bisa disebut juga dengan ego alien adalah kebalikannya, yakni merujuk pada pemikiran dan perilaku yang bertentangan dengan needs dan tujuan ego, bertentangan dengan gambaran diri ideal seseorang (Rosenthal, 2003).
American Psychological Association (APA) mengartikan ego-syntonic sebagai kata sifat yang artinya sepadan dengan ego atau konsep diri sadar (seseorang). Pikiran, keinginan, impuls, dan perilaku dikatakan ego-syntonic ketika tidak mengancam ego dan dapat ditindaklanjuti tanpa campur tangan dari superego. Sedangkan ego-dystonic atau ego-alien adalah kebalikannya. Dideskripsikan pertama kali oleh Sigmund Freud pada tahun 1914.
Richard B. Joelson, DSW seorang psikoterapis mengartikan ego-syntonic sebagai insting atau ide yang dapat diterima oleh diri sendiri, yang sesuai dengan nilai dan cara berpikir seseorang, konsisten dengan kepribadian dan keyakinan mendasar seseorang. Sedangkan ego-dystonic mengacu pada pemikiran, impuls, dan perilaku yang dirasa menjijikkan, menyedihkan, tidak dapat diterima atau tidak konsisten dengan konsep diri seseorang.
Baca Juga : Ego Depletion : Pengertian, Konsep, Contoh, Kritik Penelitian
Contoh
Bagi seorang pencuri, perilaku mencuri akan dianggap sebagai ego-syntonic, dimana ia merasa bahwa perbuatannya adalah perbuatan alamiah, ia tidak mempermasalahkan tindakannya atau hanya ada sedikit rasa bersalah yang ia rasakan. Namun, bagi banyak orang, perbuatan mencuri adalah ego-distonik yang tidak dapat dibenarkan apapun alasannya, bila orang lain -yang pada dasarnya bukan seorang pencuri- melakukannya, pasti ia akan merasa sangat bersalah.
Richard B. Joelson, DSW menceritakan pengalamannya dengan salah satu clientnya; Seorang pria yang terlihat santun, mencurigai istrinya berselingkuh karena tidak mempercayai penjelasan yang diberikan oleh sang istri atas ketidakmunculannya pada satu malam.
Pria ini menceritakan bahwa pada suatu malam, ia memutuskan untuk mengecek email sang istri saat ia sedang keluar, lantas menemukan bukti yang membenarkan kecurigaannya. Dia tiba dalam sesi terapi dalam keadaan yang benar-benar hancur, namun bukan karena ia menemukan kebenaran atas perselingkuhan istrinya, tapi oleh fakta bahwa ia mengetahui fakta bahwa istrinya berselingkuh dengan melakukan sesuatu yang "melanggar kode etik dan standar moral saya".
Perilaku ego-dystonicnya (melanggar privasi istrinya) lebih mengganggu dirinya dari pada penemuan mengejutkan soal perselingkuhan istrinya. Sehingga dalam sesi terapi, ia menekankan pada bagaimana cara meminta maaf atas pelanggarannya pada istrinya dan lebih sedikit membahas mengenai bagaimana menangani perilaku istrinya yang berselingkuh (LOL)
Penerapan
Psikologi Abnormal banyak mempelajari tentang konsep ego-syntonic dan ego-dystonic secara mendetail, khususnya penerapannya dalam menggambarkan pasien dengan gangguan kepribadian, karena kebanyakan dari gangguan kepribadian adalah hasil dari berkebalikannya konsep ego-syntonic dan ego-dystonic pada seseorang. Penerapan konsep ego-syntonic dan ego-dystonic dalam proses terapi :
Narsissistic Personality Disorder, mereka cenderung memiliki harga diri yang tinggi dan terlalu positif yang berdasar ego-syntonic, sehingga ada kecenderungan untuk menolak saran dan masukan yang diberikan oleh terapis dan menentang sudut pandang yang dipaparkan.
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) dan Obsessive-Compulsive Personality Disorder, pada penderita OCD mereka menyadari bahwa pikiran dan kompulsi yang dialami tidak sejalan dengan presepsi dirinya, mereka menyadari bahwa obsesinya memang tidak masuk akal dan mereka menderita karena hal itu (ego-dytonic). Sebaliknya, seorang dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, menganggap bahwa keteraturan, kontrol, dan perfeksionis adalah hal yang normal bahkan diinginkan oleh semua orang (ego-syntonic).
Eating Disorder seperti Anorexia nervosa, mereka memiliki gambaran yang berbeda mengenai body image yang dimiliki dan memiliki ketakutan akan bertambahnya berat badan, namun demikian mereka mengelak bahwa hal tersebut adalah sebuah masalah.
Pecandu Judi, tergantung bagaimana pandangan mereka soal perjudian, namun beberapa dari mereka menganggap bahwa perjudian adalah egosyntonic, tidak bertentangan dengan moral dirinya.
Baca Juga : Menemukan Bakat Dengan Menjadi KPOP fans
Sumber : American Psychological Association (dictionary.apa.org); Joelson, Richard B. Syntonic and Dystonic (richardbjoelsondws.com); Rosenthal, Howard. 2003. Human Services Dictionary. p 102. dsb.
0 Comments
Say something about this post?