Pernahkan teman-teman melihat baik secara langsung atau melalui film, seorang penjahat yang tengah diintrogasi berpura-pura menjadi amnesia, gila atau mencoba menceritakan terkait penyakit fisik atau mental yang dialaminya sebagai alasan dirinya melakukan kejahatan? Atau melihat seorang pengemis yang berjalan pincang demi mendapat rasa kasihan padahal sebenarnya tidak ada yang salah dengan kakinya? Ya, perilaku ini disebut dengan Malingering.
Baca Juga: Memahami Ego-Syntonic dan Ego-Dystonic : Pengertian, Contoh, Penerapan
Pengertian
Malingering adalah perilaku memalsukan atau membesar-besarkan gejala fisik atau psikologis dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat tertentu atau hadiah seperti asuransi kesehatan, status disability, penghindaran konsekuensi hukum atau pembebasan penahanan, bebas wajib militer, atau jenis layanan lain yang hanya bisa diberikan kepada orang-orang yang benar-benar memiliki kekurangan gejala fisik atau psikologis.
Dalam kaitannya dengan dunia medis, seseorang malingering bisa melakukan apapun guna mengubah sampel urin atau menaikkan suhu termometer dengan illegal demi mendapatkan manfaat tertentu dari catatan medisnya. Pun seorang pecandu narkoba, bisa memalsukan penyakitnya pada dokter untuk mendapatkan obat-obatan seperti Opioids. Beberapa kasus malingering mudah dideteksi, namun beberapa kasus juga cukup sulit untuk diidentifikasi oleh dokter, psikolog, maupun psikiater.
Malingering belum diakui sebagai gangguan kejiwaan di The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM). Gangguan yang mirip dengan malingering ini adalah Factitious Disorder, dimana seseorang memalsukan gejala fisik atau psikologis tanpa motivasi tertentu atau manfaat tertentu dan Somatic Symtom Disorder dimana seseorang mengalami tekanan psikologis yang sebenarnya hanya karena gejala yang dibayangkan atau dilebih-lebihkan.
Gejala
Malingering dapat terjadi dalam kontinum "pure" atau segala tindakan atau gejala yang dirasakannya dipalsukan, sampai ke "partial" atau hanya sebagian gejala yang dirasakan dilebih-lebihkan. Alasan malingering tidak mudah dideteksi adalah karena gejala yang dipalsukan atau dilebih-lebihkan bisa ditunjukkan oleh sang pasien. Umumnya mereka akan terus berpura-pura sampai mereka mendapat keuntungan yang mereka cari, bahkan jika mereka harus menemui banyak dokter untuk claim mereka.
Dokter yang mencurigai adanya malingering umumnya akan menanyakan atau mencari tahu perihal status hukum atau status keuangan pasien, guna mengukur koherensi dan konsistensi jawaban pasien. Sekaligus sebagai asesmen adanya kemungkinan gejala halusinasi atau delusi yang mungkin dialami pasien.
Sebuah pertanyaan muncul, apakah malingering termasuk dalam pathological lying? Baik malingering maupun pathological lying, keduanya tidak masuk dalam DSM-5, meskipun kebiasan berbohong dapat diasosiasikan dengan gangguan lain, khususnya Factitious Disorder, namun Malingering menonjolkan bahwa ia berbohong untuk tujuan yang jelas dan untuk manfaat yang pasti, bukan pathologically. Selain itu, seorang malingering berbohong bukan untuk mencari simpati, atensi, ataupun rasa kepedulian yang berkebalikan dengan keuntungan material seperti pada seseorang dengan diagnosis Factitious Disorder.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 7 persen pasien yang menemui psikiatri untuk mendapatkan diagnosis maupun pengobatan adalah malingering. Beberapa penelitian lain juga mengemukakan bahwa 20 persen diantara terdakwa kriminal membesar-besarkan atau memalsukan gejala kejiwaannya untuk terbebas dari dakwaan dan mengurangi hukuman dari tuntutan hakim. Dalam beberapa kasus, benar mereka memiliki gangguan psikiatri, namun mereka menggunakan pengetahuan mereka untuk melebih-lebihkannya.
Penyebab
Malingering termasuk dalam tindakan yang disengaja dan didorong oleh berbagai macam motivasi. Dalam banyak kasus, pasien malingering mencari manfaat berupa hari libur kerja atau agar mendapat keuntungan finansial. Namun, terkadang, pasien melakukan malingering karena mereka percaya bahwa gejala-gejala yang dirakan akan muncul juga suatu saat nanti. Sebagai contoh, seseorang mungkin mengclaim bahwa dirinya memiliki gejala infeksi supaya ia mendapat kompensasi dari tempat kerjanya, karena ia percaya bahwa luka yang ia miliki pasti akan menimbulkan gejala infeksi di kemudian hari.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan spesifik untuk malingering, keterbukaan adalah kunci utama dalam penanganan malingering. Ketika praktisi kesehatan mencurigai seseorang melakukan malingering, mereka harus menimbangkan banyak faktor sebelum memberikan diagnosa akhir, seperti apakah pernyataan mereka kongruen dengan gejala yang dirasakan langsung atau justru pernyataan mereka kongruen dengan gejala yang dirasakan oleh orang lain. Selain itu, praktisi kesehatan juga harus memperhatikan faktor apakah pasien tersebut memiliki masalah dengan hukum atau adanya keuntungan finansial setelah ditegakkannya diagnosis.
Evaluasi psikologis juga disarankan untuk dilakukan dalam mendeteksi malingering, karena secara khusus, beberapa orang yang melakukan malingering juga memiliki kemungkinan mengidap Antisocial Personality Disorder.
Baca Juga: Dramatic/Histrionic Personality Disorder : Pengertian, Etiology, Ciri-ciri, Treatment
Sumber : Psychology Today (References : Katie Komplete & Leonard Verhagen. 2010. Encyclopedia of Movement Disorders. Bass, C., Halligan, P. 2014. Factitious Disorders adn Malingering Challenges for Clinical Assessment and Management.)
0 Comments
Say something about this post?