Sebagai seorang muslim, kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengimani hal-hal ghoib. Hal ghoib yang wajib diimani oleh seorang muslim diantaranya adalah para malaikat, nabi dan rosul yang telah berlalu, surga, neraka, hari pembalasan, dan semua hal ghoib yang disebutkan sebagai ciptaan Allah SWT termasuk jin dan setan sebagai makhluk penghuni bumi selain manusia.
Sebagaimana yang banyak disebut di dalam buku-buku sejarah dan psikologi, bahwa pada zaman dahulu ketika seseorang bertindak diluar batas wajar sebagai seorang manusia, ia akan dicap sebagai kerasukan setan, memiliki ikatan dengan penyihir, dan stereotip jelek lain yang berhubungan dengan hal ghoib. Karena mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan, pemikiran primitif atas ketidaktahuan mereka berakhir dengan pengasingan dan pembunuhan kepada korban. Oleh karena itu, pada tahun 1879, Wilhem Wundt mendirikan sebuah laboratorium yang berfokus pada bagaimana tingkah laku manusia dipengaruhi oleh lingkungan tempat dia tinggal atau yang lebih kita kenal dengan ilmu psikologi, sekaligus mendeklarasikan psikologi sebagai ilmu.
Lantas bagaimana dengan agama islam memandang situasi dimana seseorang bertindak diluar batas wajar sebagai manusia? Apakah kesurupan benar-benar ada dalam kajian islam? Tentu saja, dan kita wajib mengimaninya. Berikut beberapa dalil Al-Qur'an dan Hadist yang membahas tentang al-mas asy-syaithani atau kerasukan setan:
Dalil dari Al-Qur'an
Q.S Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi, "Sesungguhnya orang-orang yang memakan riba tidak akan dapat berdiri, kecuali seperti orang yang kerasukan setan karena (tekanan) penyakit gila". Ayat ini berstatus sharih, yang artinya jelas, sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi makna yang tersirat. Beberapa ulama tafsir mengartikan ayat ini sebagai berikut:
- Imam at-Thabari dalam Tafsir at-Thabari jilid III hal.101 dijelaskan bahwa orang-orang yang melakukan riba di dunia, pada hari dimana seluruh manusia dibangkitkan dari kubur, ia tidak akan bisa berdiri dengan benar, berdirinya mereka seperti orang yang terbanting karena kerasukan setan. Telah rusak akal dan jiwanya oleh setan di dunia dan dia menjadi gila karenanya.
- Imam al-Alusy dalam Tafsir al-Alusy berkata, at-takhabbut dalam ayat ini bermakna pukulan bertubi-tubi dari setiap penjuru, sedangkan al-mass artinya gila. Apabila orang Arab mengatakan "Dia kena al-mass", berarti dia telah gila. Al-mass berasal dari kata "menyentuh dengan tangan", setan telah menyentuh manusia karena manusia sendiri telah siap menerima kerusakan darinya, sehingga terjadilah kegilaan.
- Imam al-Qurthubi dalam Tafsir al-Qurtubi, jilid III hal.355 berkata bahwa ayat ini merupakan ayat yang tegas membantah orang-orang yang tidak percaya dengan adanya peristiwa kerasukan jin, mereka mengira bahwa peristiwa ini berasal dari pengaruh kejiwaan dan jasmani dan menganggap jin tidak bisa memasuki manusia.
Dalil dari Sunnah
Mathr ibn Andurrahman al-A'naq berkata : telah berkata kepada saya Ummu Aban binti al-Wazi' dari bapaknya bahwa kakeknya yang bernama az-Zari' yang datang kepada Rasulullah bersama seorang anaknya yang mengidap penyakit gila. Kakek saya berkata kepada Rasulullah di Kota Madinah, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya membawa anak saya yang memiliki penyakit gila dan saya sengaja datang meminta agar Engkau berdo'a kepada Allah SWT untuk kesembuhannya." Rasul menjawab, "Bawalah dia kemari!" Kemudian saya menjemputnya dari kendaraan, melepaskan tali yang mengikatnya, sekaligus menanggalkan pakaian bepergiannya, dan memakaikan pakaian yang indah. Saya membawanya kepada Rasulullah. Rasulullah berkata, "Dekatkanlah ia padaku dan letakkan punggungnya di hadapanku." Rasulullah menaikkan ujung kain lengannya dan memukul punggung anak itu hingga kelihatan putih ketiaknya, sambil berkata, "Keluarlah wahai musuh Allah! Keluarlah wahai musuh Allah!" Pandangan anak itu kembali normal seperti biasa, lalu Rasulullah mendudukkan anak itu dihadapannya, berdo'a untuknya dan mengusap mukanya. (HR. at-Thabrani)
Jabir ibn Abdullah berkata: Kami dan Rasulullah berangkat menuju Bahran Waqim dalam peristiwa Perang Dzaturriqa', datanglah seorang wanita dengan membawa anaknya menghadap Rasulullah, "Wahai Rasulullah SAW, ini adalah anak saya dan dia dikuasai oleh setan." Rasulullah membalas, "Dekatkan anak itu pada saya, lalu bukalah mulutnya." Wanita itu menurut, lalu Rasulullah meludahkan air liurnya ke mulut anak itu dan berucap sebanyak tiga kali, "Larilah wahai musuh Allah, saya adalah Rasulullah." Kemudian Rasulullah berkata kepada wanita itu, "Uruslah anakmu, dia sudah baik-baik saja dan tidak akan datang lagi kepadanya apa yang menimpanya." (HR. at-Thabrani)
Abu al-Bisur berkata bahwa Rasulullah pernah berdo'a: "Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kepikunan, terjatuh dari ketinggian, tertimpa bangunan, duka lara, kebakaran, dan tenggelam. Dan aku berlindung kepadamu dari penyesatan setan saat kematian, dan dari kematian dalam keadaan berlari saat perang, dan aku berlindung kepada-Mu dari mati karena gigitan berbisa." (HR. al-Hakim, Abu Daud, dan an-Nasa'i).
Ubai ibn Ka'ab berkata: Pada suatu waktu aku bersama Rasulullah, lalu datanglah seorang Arab, ia berkata, "Wahai Nabi Allah, sesungguhnya saya memiliki saudara yang berpenyakit." Rasul menjawab, "Apa penyakitnya?" Ia menjawab, "Penyakit gila". Rasul berkata, "Bawalah ia padaku." Lantas orang yang sakit tersebut menghadap Rasulullah dan beliau membacakan kepadanya doa perlindungan, surat Al-Fatihah, 4 ayat pertama surat Al-Baqarah, ayat 163-164 surat Al-Baqarah, ayat ke 18 dari surat Ali-Imron, ayat 54 surat Al-A'raf, ayat 116 surat Al-Mukminun, ayat ke 3 dari surat Al-Jin, 10 ayat pertama dari surat Ash-Shaffat, 3 ayat dari surat al-Hasyar, dan dua surat perlindungan Al-Falaq dan An-Nas. Kemudian laki-laki yang sakit itu berdiri seakan-akan tidak ada keraguan lagi dalam dirinya (HR. Ibnu Hiban).
Sumber : Ash Shayim, Muhammad. 2003. Dialog Dengan Jin Kafir (Pengalaman Praktis Mengatasi Pelanggaran Jin). CV Cendikia Sentra Muslim: Jakarta.
0 Comments
Say something about this post?