Sebuah artikel menarik ditulis oleh Sebastian Ocklenburg, Ph.D mengenai 4 penemuan terbaru mengenai pelukan. Sebagaimana kita tahu bahwa pandemi mengharuskan kita untuk menjaga jarak satu sama lain, membatasi pertemuan, bahkan meminimalkan sentuhan fisik. Keadaan ini membuat para ilmuan psikologi tertarik untuk mengkaji apa saja pengaruh kontak fisik, khususnya berpelukan bagi kita. Berikut 4 penemuan menarik tersebut:
Baca Juga : Mendengarkan Lagu Galau Menyembuhkan Patah Hati
1. Mendapat pelukan dari orang lain maupun memeluk diri sendiri dapat mengurangi hormon stress (kortisol)
Penemuan terbaru dari Universitas Goethe di Jerman, yakni oleh Aljoscha Dreisoerner dan timnya mengenai efek positif dari berpelukan ketika stress (2021): Mereka menggunakan sebuah test yang bernama Trier Social Stress Test (TSST), yakni sebuah tes standar untuk membuat para volunter yang berjumlah 159 orang stress dengan meminta mereka mengikuti wawancara pekerjaan palsu. Para volunter juga dimintai sample saliva untuk mengukur hormon kortisol (hormon stress) mereka.
Para volunter dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok pertama yakni kelompok volunter yang mendapatkan pelukan dari para asisten peneliti selama masing-masing 20 detik, kelompok kedua yakni kelompok yang diminta untuk memeluk diri sendiri selama 20 detik, dan kelompok ketiga yakni kelompok yang tidak mendapat pelukan dan sebagai penggantinya mereka diminta untuk membuat pesawat-pesawatan dari kertas.
Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa para volunter yang mendapat pelukan dari orang lain dan volunter yang memeluk dirinya sendiri berhasil mengurangi efek negatif dari hormon stress.
2. Durasi dari Pelukan Berperan Penting untuk Mood Seseorang
Penemuan terbaru oleh Anna L. Dueren dari Departemen Psikologi Universitas London, U.K. dan timnya yang berfokus pada faktor apa saja yang mempengaruhi pelukan pada mood pada tahun 2021. Total 45 wanita menjadi volunter dalam penelitian ini, mereka dipeluk oleh rekan-rekan peneliti dalam jangka waktu tertentu, yakni satu detik, lima detik, dan sepuluh detik, lantas mereka diminta untuk melaporkan bagaimana perasaan mereka. Hasil dari penelitian ini yakni, wanita yang dipeluk selama lima detik dan sepuluh detik keduanya merasa lebih nyaman dari pada dipeluk selama satu detik. Oleh karena itu, untuk mendapat manfaat dari berpelukan, lakukan setidaknya selama minimal 5 detik.
3. Berpelukan berhubungan dengan kesehatan pada orang dewasa-tua
Penemuan terbaru oleh peneliti Tia Rogers-Jarrell dan timnya dari School of Kinesiology and Health Science at York University di Toronto, Kanada, mengenai efek positif dari berpelukan pada dewasa-tua. Sebelumnya belum banyak yang mengetahui apakah berpelukan memiliki efek yang berbeda pada fase kehidupan yang berbeda, oleh karena itu para peneliti berusaha memahami lebih baik situasi ini dan berkontribusi lewat penelitian yang ada.
Para peneliti menganalisis data lebih dari 20.000 orang yang berumur 65 tahun atau lebih dari survey komunitas kesehatan kanada. Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa orang dewasa-tua yang terindikasi memiliki akses/kesempatan berpelukan baik "beberapa kali", "sering", dan "selalu" memiliki indikasi yang tinggi terhadap tingkat kesehatan yang lebih baik dibanding mereka yang tidak memiliki akses/kesempatan untuk mendapat pelukan.
Hasil dari penelitian ini tetap signifikan bahkan setelah para peneliti melakukan kontrol terhadap faktor-faktor yang sekiranya dapat mempengaruhi, seperti status hubungan, jumlah pendapatan, penyakit kronik yang dimiliki, dll. Jadi dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara berpelukan dengan tingkat kesehatan pada orang dewasa-tua.
4. Budaya mempengaruhi bagaimana kita berpelukan
Sebuah penelitian terbaru pada tahun 2021 yang dipimpin oleh Agnieszka Sorokowska dari Universitas Wroclaw Polandia, mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi affective touch behaviors, yakni perilaku yang menunjukkan afeksi lewat sentuhan seperti berciuman dan berpelukan. Para peneliti menganlisis data dari 14.000 orang dari 45 negara, mereka menemukan bahwa secara keseluruhan, yakni sebanyak 92,6% orang telah menunjukkan affective touch behaviors pada pasangan mereka dalam seminggu sebelum pengumpulan data. Namun, terdapat perbedaan besar antar negara sebagai berikut:
- Negara yang kurang konsevatif dan kurang religius menunjukkan affective touch behavior lebih tinggi
- Negara-negara yang lebih hangat menunjukkan affective touch behavior lebih tinggi, kemungkinan karena mereka lebih sering bertemu dengan orang lain dan memungkinkan memiliki banyak aktivitas diluar ruangan.
Selain itu, karakteristik individu juga mempengaruhi frekuensi affective touch behavior ini.
- Orang lebih muda menunjukkan affective touch behavior lebih banyak dari pada orang yang lebih tua
- Pria dan wanita keduanya sering memeluk dan mencium pasangan mereka
- Wanita tercatat lebih banyak memeluk teman dan anak-anak dari pada pria
Itulah 4 penelitian terbaru mengenai berpelukan, baik manfaatnya secara psikologis maupun fakta-fakta unik budaya berpelukan di banyak negara.
Sebastian Ocklenburg, Ph.D. 2022. 4 Important New Discoveries About Hugging. Psychology Today.
0 Comments
Say something about this post?