Antara Sajadah dan Setan

 
Ketika Ramadhan datang, amalan utama selain puasa yang dilakukan adalah shalat tarawih. Mulai dari anak-anak sampai engkong-engkong beramai-ramai menuju ke masjid atau musala untuk sholat berjama'ah. Memakai kopyah/mukenah dan tak lupa menenteng sajadah warna-warni untuk alas shalat. Sesampainya di tempat ibadah, dicarinya tempat kosong, digelarlah alas kebanggaan agar kulit tidak bersentuhan langsung dengan lantai yang dingin atau tikar masjid yang kasar ketika proses ibadah. Setelah iqomah dikumandangkan, dimulailah sholat. Sebelumnya, biasanya sang imam akan berseru:
 
سَوُّوا صُفُوفَكُمْ , فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ مِنْ تَمَامِ الصَّلاةِ
 
Artinya : "Luruskan shaf-shaf kalian karena lurusnya shaf adalah kesempurnaan shalat." (HR. Bukhari no.690 dan Muslim no.433) -perintah untuk meluruskan shaf. Walau tidak semua imam lantas akan mengecek apakah para jama'ah telah lurus atau belum, yang penting sudah mencoba memerintah, serahkan pada kesadaran pribadi. Sehingga beberapa jama'ah yang "peduli" akan saling mengingatkan jama'ah lain disamping atau depan-belakangnya. Sayangnya ada satu hal yang tidak bisa ditembus lewat seruan imam dan jama'ah lain ini, yakni perkara sajadah dan setan.

Antara Sajadah dan Setan
 
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
 
أقيموا الصفوف وحاذوا بين المناكب وسدوا الخلل ولينوا بأيدي إخوانكم ، ولا تذروا فرجات للشيطان ومن وصل صفا وصله الله ومن قطع صفا قطعه الله
 
“Luruskan shaf dan luruskan pundak-pundak serta tutuplah celah. Namun berlemah-lembutlah terhadap saudaramu. Dan jangan kalian biarkan ada celah untuk setan. Barangsiapa yang menyambung shaf, Allah akan menyambungnya. Barangsiapa yang memutus shaf, Allah akan memutusnya” (HR. Abu Daud no. 666, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud), merupakan hadist lain yang berisi perintah untuk merapatkan shaf.
 
Disebut kata yang tak asing dalam hadist tersebut, yakni setan, atau dalam bahasa arab berati asy-syaithaan yang diambil dari kata kerja syaatha, yang berarti ihtaraqa min al-ghadhab yakni aktifitas murka membara dari emosi marah. Jadi, makhluk Allah SWT yang biasa disebut setan ini pada dasarnya adalah golongan jin, namun ia bersifat murka dan marah, yakni durhaka kepada Allah SWT tidak mau bersujud kepada Nabi Adam SAW.
 
Dari hadist diatas dikatakan bahwa apalabila kita membiarkan adanya celah dalam shaf, artinya kita memberikan celah tersebut untuk setan. Sebagaimana kita tahu bahwa tugas utama setan adalah menjerumuskan kita dalam kesesatan dan menggoda manusia. Mungkinkah selama ini sholat kita tidak tenang, pikiran kita kemana-mana karena ulang setan? Bisa jadi... Setan yang diberi julukan Khinzib adalah setan yang bertanggung jawab atas hal ini. Tugasnya adalah berbisik kepada manusia agar tidak mau beribadah dan apabila beribadah ia akan membuat manusia tidak bisa berkonsentrasi fokus ke ibadahnya, pikiran kemana-mana, bacaan sholat salah, lupa rakaat berapa, dll. Oleh karena itu, ketika kita merasakan si Khinzib ini menggaggu, dianjurkan untuk membaca bacaan Ta'awud,
 
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
 
Artinya : "Aku berlindung kepada Allah dari (gangguan) setan yang terkutuk"
Sajadah bisa menjadi salah SATU alasan kenapa setan ini muncul dan mengganggu ibadah kita. Pasalnya industri pembuatan sajadah semakin berkembang. Fungsi utama sajadah yang dulunya hanya sebagai alas lantai, kini telah ditambah citra estetik sehingga memuaskan mata memandang, juga telah tersedia dalam berbagai ukuran sesuai kebutuhan. Namun, pernahkah saudara/saudari memperhatikan perihal ukuran sajadah yang dipakai ini? Sudah cermat kah kita menggunakan sajadah yang tepat dalam pelaksanaan shalat berjamaah? Rasulullah SAW bersabda,
 
اقيمو صفوفكم وتراصوا, فانيِّ اراكم من وراء ظهري
 
“Luruskan shaf kalian dan hendaknya kalian saling menempel, karena aku melihat kalian dari balik punggungku” (HR. Al Bukhari no.719).
 
كان أحدُنا يَلزَقُ مَنكِبَه بمَنكِبِ صاحبِه، وقدمَه بقدمِه
 
“Setiap orang dari kami (para sahabat), merapatkan pundak kami dengan pundak sebelahnya, dan merapatkan kaki kami dengan kaki sebelahnya” (HR. Al Bukhari no.725).
 
Apakah sajadah yang selama ini kita gunakan mendukung untuk memenuhi perintah Rasul tersebut? Atau justru mendukung gerakan setan untuk masuk ke barisan shaf lewat celah yang ada? Sayangnya pada praktiknya banyak yang tidak sadar mengenai hal ini. Oleh karena itu, mulai dari KITA, mari gunakan ukuran sajadah yang pas dan saling berbagi pengetahuan mengenai ini.

Post a Comment

0 Comments